Baju adat Jawa Tengah menjadi bagian penting dari kekayaan budaya Nusantara. Setiap unsur dari baju adat ini memiliki makna filosofis tersendiri, mencerminkan nilai dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi,
Baju adat ini tidak hanya dipakai dalam upacara adat atau perayaan, tapi juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Jawa Tengah.
Baca Juga: 7 Alat Musik Tradisional dari Berbagai Daerah Indonesia
4 Budaya Pakaian Adat Jawa Tengah
1. Batik sebagai Warisan Budaya Jawa Tengah
Kain batik memiliki macam-macam motif inilah yang digunakan sebagai bahan baku pakaian adat jawa Tengah.
Batik sudah dibuat sejak ratusan tahun lalu, bahkan sejarah mencatat untuk pertama kalinya batik diperdagangkan pada tahun 1586 di Surakarta.
Batik bernilai tinggi karena metode tulis pada pembuatan batik yang menggunakan tangan secara manual. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki tulisan tangan yang bagus dikatakan “membatik”.
2. Kebaya dalam Budaya Pakaian Adat Jawa
Banyak daerah yang menggunakan kebaya sebagai pakaian adat masing-masing yang dikhususkan untuk para wanita.
Sementara itu, istilah kebaya sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Arab Arabaya yang berarti pakaian.
Agar tampak mewah dan muncul aura ratu, bahan yang dipilih adalah kain sutera atau beludru.
Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari, kain yang digunakan adalah kain katun atau bahkan nilon tipis transparan yang dihiasi dengan bordiran.
3. Surjan dalam Tradisi dan Budaya Jawa
Pakaian ini dulunya diperuntukkan khusus untuk anggota kerajaan yang berasal dari bangsawan ataupun abdi dalem (aparatur sipil). Sehingga tidak sembarang orang dapat memakai pakaian Surjan.
Umumnya, pakaian ini digunakan saat acara resmi sedang berlangsung. Baju Surjan memiliki motif lurik-lurik coklat dan hitam yang di bagian depannya terdapat saku.
Bawahnya merupakan kain panjang bermotif batik yang dililitkan di pinggang dan panjangnya menyentuh mata kaki.
4. Basahan sebagai Busana Budaya Jawa
Pakaian ini umumnya dipakai oleh para pengantin saat pernikahan mereka. Setelan pakaian ini merupakan warisan dari Kerajaan Mataram yang menjadi kerajaan besar di Jawa.
Penampilan pakaian ini sangat mencolok karena tidak memakai atasan untuk menutup tubuh bagian atas.
Riasan yang digunakan ketika memakai Basahan dinamakan Paes Ageng Kanigaran. Para pria tidak menggunakan baju alias bertelanjang dada.