Aceh bukan hanya dikenal karena sejarah dan keindahan alamnya, tapi juga karena kekayaan budaya yang begitu memikat. Salah satu wujud nyata dari budaya tersebut adalah berbagai upacara adat yang masih dijaga hingga kini.
Setiap upacara adat di Aceh memiliki nilai filosofis dan keunikan tersendiri, mulai dari ritual penyambutan tamu hingga profesi pernikahan khas yang sarat makna. Kalau kamu penasaran dengan destinasi budaya Indonesia, upacara adat Aceh wajib banget kamu ketahui!
Baca Juga: 5 Karya Seni Rupa dari Berbagai Daerah di Indonesia
4 Upacara Adat Aceh yang Unik dan Sakral
1. Upacara Peusijuek
Secara umum, masyarakat Aceh melaksanakan Peusijuek untuk mensyukuri suatu pencapaian, perayaan, atau kesuksesan.
Peusijuek sangat mudah ditemukan di tengah-tengah masyarakat Aceh, baik itu masyarakat pedesaan dan perkotaan.Saat ini, Peusijuek lebih sering ditemukan dalam proses pernikahan.
Seorang tokoh agama atau tokoh adat akan memimpin Peusijuek kemudian membacakan doa-doa untuk memohon keselamatan dan keberkahan dari pernikahan.
2. Upacara Kenduri Laot
Kenduri Laot dilakukan oleh nelayan setahun sekali dengan tujuan memohon kepada Yang Maha Esa untuk memberikan dan memberikan kemudahan rezeki berupa penangkapan ikan.
Upacara ini biasa ditemukan di daerah Ujong Pusong dan Ujong Blang. Kenduri Laot ini merupakan kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Upacara Seumuleung
Seumuleung yaitu suatu budaya tradisional dari daerah Glee Jong. Tujuan diadakannya yaitu untuk memberikan penghormatan kepada Nyak Po dan Po, dalam mengingat kembali jasa mereka semasa hidup.
Bukan hanya itu, budaya ini memiliki makna yang penting yaitu hormat dan hikmah yang diberikan Po oleh pengikutnya.
Lambang dari budaya ini ialah seung atau jambo tempat dilangsungkan Seumuleung.
Makna yang terkandung dalam Seumuleung ialah baju kebesaran yang dipakai oleh orang yang menyuleung, baju ini jika diusapkan oleh orang yang menderita penyakit, maka sakitnya akan sembuh.
4. Upacara Kenduri Beureuat
Kenduri Beureuat merupakan suatu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Aceh yang dilaksanakan pada bulan kedelapan dari penanggalan Hijriah yang menjadi acuan utama dari penanggalan Almanak Aceh.
Pada Alamank Aceh, bulan Sya’ban dikenal dengan istilah bulan Khanduri Bu.
Kenudri Beureuat dilaksanakan di masjid, musholla, meunasah, maupun tempat-tempat yang diadakan pengajian di malam hari usai melaksanakan sholat Maghrib maupun isya.
Kenduri diadakan oleh masyarakat untuk menikmati momen pertengahan bulan Sya’ban bersama-sama dan menikmati masa-masa bulan Ramadhan.